Selasa, 24 April 2012

Sekilas Bus Kota Jakarta


Berhubung tanggal 24 April adalah hari angkutan Jakarta, gue mau bahas tentang transportasi umum di Jakarta. Karena transportasi berbasis rel sering dibahas di sini, gue akan membahas tentang bus kota. Kali ini, gue akan membahas rute bus Mayasari Bakti P.02, R.507, dan PPD 45.

Dimulai dari P.02 rute Kampung Rambutan – Grogol PP. Awalnya, bus ini punya tiga rute, yaitu P.6 (Kampung Rambutan – Grogol), P.6A (Kampung Rambutan – Kalideres), dan P.6B (Kampung Rambutan – Muara Angke). Tapi, ketiga rute tersebut  terpaksa digusur keberadaannya oleh Trans-Jakarta koridor 9 (Pinang Ranti – Pluit) pada akhir tahun 2010. Beberapa bulan kemudian, muncullah rute ini sebagai pengganti rute yang dihapus oleh Dishub. Bus ini kelihatan ramenya menjelang malam. Kalo pagi, gue kurang tahu soalnya jarang memantau bus itu. Tak semua bus ini mengantar penumpangnya ke Kampung Rambutan, ada beberapa bus yang beroperasi hanya sampai UKI. Rute ini tak hanya ditangani oleh bus ini, ada AC.02 (Kampung Rambutan – Kalideres) yang tidak kena dampak busway koridor 9 secara langsung. Bus ini lebih rame daripada P.02 karena waktu tempuhnya lebih cepat dibandingkan bus tersebut.

Lanjut ke R.507 rute Pulogadung – Tanah Abang PP. Dari rutenya, bus ini banyak bersinggungan dengan jalur busway koridor 2 (Harmoni – Pulogadung PP). Di jam-jam sibuk, bus ini sering overload penumpang karena busnya jarang lewat. Gue juga pernah naik bus ini, dan hasilnya beragam. Pertama kali naik, gue berdiri di ujung pintu karena penumpangnya melebihi kapasitas walaupun gue pernah naik sampai Tugu Tani, tempat “Xenia maut” menabrak sembilan orang hingga tewas. Biasanya, bus ini sudah penuh dari Tanah Abang. Sepi-sepinya bus itu tetep berdiri. Di daerah Senen, banyak penumpang yang menunggu bus ini.

Yang terakhir, PPD 45 rute Cililitan – Blok M PP. Bus ini juga berdampingan dengan busway koridor 9 (Pinang Ranti – Pluit), tapi bus ini tidak terkena “gusuran” Dishub karena (mungkin) bus ini lewat Mampang yang tidak berdampingan dengan jalur busway. Bus ini menggunakan bus impor dari Jepang, tapi ada armadanya yang menggunakan bus seperti bus Mayasari Bakti/bus pariwisata. Warna busnya putih berstiker merah. Bus ini hampir setiap hari penuh penumpang karena melewati banyak perkantoran di daerah Pancoran.

Selamat hari angkutan nasional!

Senin, 16 April 2012

Menjelajah KRL Jalur Barat


Tadi pagi, gue nganterin nyokap ke kantor di daerah Bintaro. Gue berinisiatif pulang naik kereta karena melihat jalan tol arah UKI macet panjang. Sekalian menambah pengalaman naik KRL jalur barat.

Kali ini, gue naik KRL Commuter Line dari stasiun Jurang Mangu. Stasiunnya agak terpencil, yaitu ada di bawah jalan raya. Sama kayak stasiun Rawa Buntu. Stasiun ini menyediakan lapangan parkir agar penumpang menikmati tidak berkutat dengan macet di jalanan.



Pas beli karcis, terpampang pengumuman bahwa Commuter Line 07.41 dibatalkan. Karena gue bingung gangguan apa yang terjadi, gue bertanya-tanya sama petugas setempat. Ternyata, gue sama petugas itu sama. Sama-sama bingung apa penyebab gangguan KRL sampai perjalanannya batal. Belum terpecahkan apa gangguannya, gue cek di Twitter. Akhirnya rasa penasaran itu terpecahkan. Gangguan KRL disebabkan oleh .... AC! Masalah yang biasa diderita oleh armada KRL Jabotabek. Keadaan stasiun saat itu sangat penuh karena batalnya KRL tersebut. Di lintas Bogor, kalo KRL ada gangguan, pasti KRL di belakangnya akan menjadi 'korban'. Biasanya, 'korban' yang dimaksud adalah KRL Commuter Line karena KRL Ekonomi sudah tak layak pakai dan doyan mogok. Di lintas Serpong, 'korban' yang dimaksud adalah KRL Ekonomi. Ini sih hanya kebetulan aja karena jadwal setelah KRL Commuter Line yang batal adalah KRL Ekonomi, tapi unik karena jarang terjadi hal seperti ini. 


Beberapa saat kemudian, KRL Ekonomi yang sudah overload masuk stasiun Jurang Mangu. Walaupun kereta sudah penuh dan petugas sudah melarang berkali-kali, penumpang tetap memaksakan diri masuk ke dalam kereta. Uniknya, atap KRL Ekonomi bersih dari atapers satupun. Gak seperti KRL Ekonomi Bogor - Jakarta PP. Penuh sedikit, penumpang nekat naik ke atap kereta.



Setengah jam kemudian, KRL Commuter Line tujuan Tanah Abang yang ditunggu puluhan orang datang. Kondisi di dalam kereta gak jauh beda sama KRL Ekonomi tadi. Tetap penuh penumpang plus karung berisi puluhan sapu ijuk. Pegangan yang tersedia di dalam kereta sudah tak diperlukan lagi karena gue sudah terjepit penumpang lain. Parahnya lagi, AC di dalam kereta mati tanpa alasan jelas. Perkiraan gue, KRL yang gue naiki adalah KRL yang dibatalkan karena AC-nya gak berfungsi. Untung saja, AC menyala ketika KRL sampai di stasiun Kebayoran. 

Sampai di stasiun Tanah Abang, tersedia KRL Commuter Line tujuan Depok. Tetapi, KRL itu langsung berangkat menuju Depok. Hal ini sangat disayangkan oleh banyak penumpang karena mereka harus menunggu KRL berikutnya menuju stasiun Sudirman. KRL Feeder pun gak ada yang lewat. Mau gak mau, mereka menunggu lebih lama di peron jalur 3 stasiun Tanah Abang. 20 menit kemudian, KRL Commuter Line tujuan Depok berikutnya masuk jalur 3. Ratusan orang langsung masuk ke dalam rangkaian kereta.

Dari perjalanan di atas, PT. KCJ selaku operator KRL Jabotabek harus memerhatikan hal-hal sepele seperti AC yang mati. Selain itu, perlunya KRL cadangan di stasiun Serpong/Parung Panjang agar tak terjadi pembatalan perjalanan KRL. Hal itu juga membuat penghasilan dari penjualan karcis merosot karena banyak penumpang menukarkan tiket Commuter Line dengan KRL Ekonomi.

Jual jamu sampai Meruya ...
Sampai bertemu di post berikutnya ...