Minggu, 21 Agustus 2011

Nasib KRL Commuter Line

Sejak pemberlakuan KRL Commuter Line tanggal 2 Juli 2011 lalu, banyak yang berubah dari pelayanan KRL di Jakarta. Inilah beberapa perubahan dari pelayanan KRL Commuter Line & KRL Ekonomi panas:

Pertama, bertambahnya waktu tempuh yang biasanya satu jam sampai Gambir/Jakartakota, sekarang harus dua jam bahkan lebih karena semua KRL berhenti di setiap stasiun.

Kedua, kurangnya armada KRL yang melayani. Padahal, beberapa minggu lalu KRL 'baru' seri JR-203 'mendarat' di Pelabuhan Tanjung Priok. Sebenernya bukan armada KRL yang kurang, tetapi pasokan listrik yang kurang memadai terutama di jalur Tanah Abang - Parungpanjang. Hal ini menyebabkan kurangnya jadwal perjalanan KRL tujuan Serpong/Parungpanjang.

Ketiga, berkurangnya jadwal perjalanan KRL yang menyebabkan terjadinya penumpukan penumpang di setiap stasiun. Kadang-kadang, ada segelintir penumpang yang pasang koran/kulipet (Kursi Lipet) karena ga dapet tempat duduk. Padahal ada himbauannya, "dilarang duduk di lantai atau duduk dengan menggunakan kursi lipat". Biasanya ibu-ibu yang ga kuat berdiri pada bawa kulipet. Padahal di ujung-ujung KRL disediakan Kereta Khusus Wanita (KKW). Parahnya, hal ini kadang-kadang (malahan sering) membuat ratusan penumpang nekat naik ke atap KRL dan bergelantungan layaknya KRL Ekonomi panas. Beberapa penumpang memanfaatkan momen ini untuk naik KRL gratis alias ga beli tiket/udah beli KRL Ekonomi panas tapi pengen cepet pulang. Biasanya hal tersebut terjadi di Stasiun Manggarai, Stasiun Tebet, Stasiun Depok Lama, dan sebagainya. Seandainya atap KRL mendadak roboh, bagaimana nasib penumpang di 'kursi eksklusif'?

Keempat, KRL Commuter Line sering disusul KA jarak jauh di Stasiun Gambir/Manggarai gara-gara KA jarak jauh lebih diprioritaskan dibandingkan KRL tersebut. Kadang-kadang KRL Commuter Line/Ekonomi panas berhenti di Stasiun Manggarai bisa 10-20 menit demi KA jarak jauh, dan 5-10 menit berhenti di sinyal masuk Stasiun Manggarai untuk hal yang sama.

Kelima, ketidakhandalan KRL Ekonomi panas ketika beroperasi. Salah satunya adalah KRL BN-HOLEC. KRL yang berasal dari negeri kincir angin ini adalah KRL yang dinobatkan sebagai "Si Jago Mogok". Maksudnya, KRL ini sering mogok ketika beroperasi. Padahal, KRL ini mulai beroperasi pada tahun 1996. Hanya saja, KRL ini sangat sensitif terhadap kondisi listrik dan lintasan. Waktu itu gue baca di GM-MarKA, armada KRL ini tinggal 24 unit (tiga set. satu set = delapan kereta) yang awalnya berjumlah 128 unit.

Inilah beberapa gambar KRL Commuter Line & KRL Ekonomi panas saat beroperasi.

SadPanda.us - 621425-TKELCTZ.jpg
Kalo yang ini mungkin biasa

SadPanda.us - 621428-OK4HVH4.jpg
Murahnya harga nyawa di Indonesia. Bisa dibeli di Pramuka/rumah sakit terdekat.

SadPanda.us - 621431-AXC87QF.jpg
Buta warna. KRL Commuter Line dikira KRL Ekonomi panas

Seharusnya KRL Ekspress jangan dihapus, tetapi diberi jadwal khusus di pagi hari dan sore hari sehingga tidak terjadi penumpukan penumpang di beberapa stasiun. Kalo untuk KRL Ekonomi panas mungkin emang begitu keadaannya, sulit untuk diubah karena penggunanya susah diatur. Tulisan ini dibuat bukan untuk nyindir PT. KCJ/penumpang setia KRL, melainkan untuk introspeksi diri agar pelayanan semakin baik dan tidak merusak fasilitas yang telah disediakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar