Mungkin AC/pendingin ruangan banyak dikomentari penumpang karena sering mati/gak dingin. Di beberapa rangkaian seperti Tokyo Metro 5000/Tokyu 8000 dan 8500/Toyo Rapid 1000, memang AC-nya udah gak ada anginnya alias mati. Kalopun ada anginnya, pasti gak dingin. Gue gak tahu kenapa pemerintah membeli KRL seperti itu. Beredar kabar, armada Tokyo Metro 5000 dan Toyo Rapid 1000 dibeli secara terselubung oleh Dirjen Perkeretaapian saat itu, Soemino Eko Saputro. Padahal, KRL tersebut siap dirucat/dibesituakan karena gak layak pakai lagi.
Masalah AC gak berhenti di rangkaian itu saja. Banyak rangkaian KRL yang AC-nya hampir almarhum. Salah satunya adalah KRL eks Toei 6000. KRL ini adalah KRL hibah dari kaisar Jepang pada tahun 2000. Pada awal peluncuran, AC-nya bisa dibilang dingin karena KRL yang memiliki fasilitas AC gak ada tandingannya saat itu. Setelah sepuluh tahun beroperasi, filter-nya jarang bahkan gak dibersihkan sehingga udara di dalam KRL menjadi panas.
Di artikel ini, HD menyatakan bahwa interval waktu antar-KRL akan dipercepat menjadi tiga menit sekali. Pernyataan itu gak spesifik untuk rute mana. Kalo interval itu diperuntukkan untuk rute Jakarta - Bogor, mungkin hanya dongeng sebelum tidur saja. Bukannya gue negative thinking nih. Interval tujuh menit sekali saja KRL belum tentu datang, gimana interval-nya dipercepat? Idenya HD sih bagus, tapi harus dipikirkan sarana dan prasarananya seperti listrik, kelayakan armada KRL, dan sebagainya.
Artikel ini dibuat bukan untuk merendahkan pelayanan KRL di Jabodetabek, tapi dibuat agar petinggi PT.KAI mengerti apa keluhan penumpang dan segera membenahinya. Itupun terjadi kalo petingginya baca, hehehe.
"Sebuah rencana hebat dapat gagal hanya karena kurangnya kesabaran". - Konfusius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar