Jumat, 16 September 2011

Laporan Perjalanan: Gambir - Pasar Minggu - Cawang

Jum'at kemarin, guru-guru mengadakan halal bi halal yang menyebabkan murid kelas 10 dan 11 pulang lebih cepet dari biasanya *pasang petasan* Kebetulan gue harus ke LIA Pasar Minggu karena student card LIA Cibubur yang gue punya udah gak berlaku, dan ojek gue gak bisa nganter karena harus nganter anaknya ke RSCM untuk ngecek kondisi anaknya pasca-operasi.

Setelah Sholat Jum'at, gue langsung menuju LIA. Karena lagi nyantai, gue muter2 Jakarta naik Busway menuju Stasiun Gambir. Di Halte Monas, gue berdiri cukup lama karena bus yang gue naiki tak kunjung datang. Saat bus yang gue naiki dateng, petugasnya bilang, "Jangan semua naik ya! Bus ini bannya kempes". Beginilah transportasi massal di Jakarta. Seharusnya pihak Trans-Jakarta menyiapkan bus cadangan apabila bus lain mengalami gangguan.

Tepat pukul 14.00, gue sampe Stasiun Gambir dengan penuh perjuangan *lempar bata* Gue langsung ke loket buat beli karcis seharga Rp 6000 karena cuma sampe Stasiun Pasar Minggu. Tiket udah di kantong, gue meditasi dulu ke lantai dasar (baca: ke kamar mandi). Setelah meditasi, gue naik ke peron jalur tiga karena KRL udah menunggu. Untungnya, gue naik KRL TM 7000 yang baru beroperasi beberapa bulan di Jakarta. Kondisi AC-nya masih bagus, jadi gak kepanasan.

Sampai di Stasiun Pasar Minggu, ada tiga orang bule lagi kebingungan karena gak tahu mana kereta menuju Jakarta. Padahal, di pintu masuk terdapat papan penunjuk arah kereta. Ternyata lucu juga kalo ngeliat muka bule lagi kesasar.

Setengah jam di LIA, gue langsung bergegas ke Stasiun Pasar Minggu naik M.16. Sampai di Stasiun Pasar Minggu, gue beli karcis tujuan Stasiun Cawang. Pas ngerapihin kembalian, ternyata KRL Commuter Line tujuan Jakarta udah berangkat. Tapi, gue tetep tenang karena yang berangkat adalah KRL EMU 8500. Dengan penuh pengharapan KRL yang datang adalah KRL TM 7000/6000, gue menunggu. Sepuluh menit kemudian, PPKA mengumumkan kalo KRL Commuter Line tujuan Jakarta akan masuk jalur tiga. Terlihat dari kejauhan, KRL yang datang adalah ...... KRL EMU 8500! *penonton kecewa* Daripada menunggu KRL berikutnya, lebih baik naik KRL ini. Perkiraan gue 100% akurat, AC di dalam KRL gak terasa anginnya. Kipas angin yang tersedia di dalam kereta gak bisa berputar sebagaimana mestinya. Ya gitu deh Transportasi massal di Jakarta. Seharusnya AC yang gak dingin diperbaiki, atau dipasang AC Split daripada pake kipas angin yang tidak setara dinginnya. Keluar dari kereta, hampir seluruh badan gue keringetan karena posisi gue berdiri gak kebagian kipas angin.

Kesimpulannya, pelayanan transportasi massal di jakarta masih jauh dari layak karena banyak kelemahan di sana-sini. Tulisan ini bukannya untuk menjelek-jelekkan salah satu pihak, tetapi memang nyatanya seperti itu. Semoga pelayanan transportasi massal bisa lebih baik lagi seperti di Singapura bahkan Jepang.

Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar